Postingan

Siapa akan mengerti kapan waktu?

Siapa akan mengerti kapan waktu? Hidup itu bukan perlombaan, yang selalu dituntut sebelum waktunya habis.. Menurutku bukan berlomba menjadi baik..tapi siapa yang menginginkannya akan menjadi yang terbaik, itu pasti.. Aku pernah mejalani peran dalam cerita.. Biarkan aku sedikit membuat kalian membayangkannya.. Awal yang sulit dijelaskan bagaimana.. Yang jelas setiap waktu yang sengaja dihabiskan justru malah bertambah.. Aku tak pernah salah jika aku menyebutnya cinta kala itu, kala waktu masih berputar lambat.. Agar aku masuk lebih dalam dan terlalu dalam.. Jika aku menutup mataku kala itu, aku akan melihat segala sesuatunya akan berubah menjadi hal yang kalian sebut ketika kutanya “apa yang paling indah”.. Lalu siapa akan mengerti kapan waktu? Aku tidak pernah menyebutnya sebuah kehilangan, percayalah itu sangat menyakitkan dari apapun.. Hanya saja waktunya semakin menjauh, hanya bisa dilihat dengan memalingkan wajahmu kearah tengkukmu sendiri.. Tertingga...

TIDAK PERNAH AKU PINTAR!!

Kenapa aku harus marah? bukannya itu justru membuang waktu bersamanya? bodoh!!

MENUA BERSAMAKU

Aku ingin membicarakan takdir, sayang Sebelum aku lupa arti setiap kata Sebelum aku lupa bagaimana aku mencintaimu Kau garis tengah dalam sebuah bahagia kecil Semua hal yang pahit dapat kita hentikan jika kita ingin Gantilah semua pahit dengan bunga indah senyummu Gantilah semua marahmu dengan usapan lembut Keinginan kecil dariku untukmu Dengarkan... Aku ingin menua bersamamu Bersandinglah dalam setiap dukaku Lukislah lebih banyak cerita denganku, dongengkan pada mereka bahwa aku mencintaimu Aku akan mengagumimu sampai saat kau tak mengerti Kau akan mengagumiku sampai saat aku tak mengerti Ada satu ruang, itu milikmu sepenuhnya Ruang hatiku tempat kau menua bersamaku nanti

TITIK, aku berhenti

TITIK, aku berhenti Supaya apa engkau menghentikanku? Berat sekali kaki ini, seakan ototnya melemah Sudah kutata rapi mimpi itu, lalu kenapa kau menghentikanku? Aku cinta, aku ingin kau menjadi 'koma' sambungkan lagi sayang otot kakiku, agar aku berjalan Berjalan meneruskan cinta kita Tanpamu aku mati Tanpamu aku titik yang berhenti Jangan biarkan aku menyudahi cerita ini, sayang Beri aku satu kata 'cinta' setelah titikku Agar aku dapat melanjutkan ceritanya Atau 'koma' Agar aku berpikir sejenak sebelum memulai kembali ceritanya Kau hilang, titik akan datang Titik, aku berhenti tanpanya

OMBAK

"Ketika engkau ingin tau seberapa kekuatanmu, mendekatlah ke ombak dan tancapkan kayu sedalam keinginanmu. Lihatlah, seberapa ia sanggup bertahan dan mampu membelah ombak" Keraguan yang membekukan pikiran melalui nadi bukan sebuah penghalang Ombak saja masih bersuara keras, padahal ia cair Kekuatanmu adalah kemenanganmu membelah sebuah kekejaman Semua menepi, ombak semakin tinggi Langit mulai samar, batu karang mulai ditampari ombak Ini bukan puisi, hanya bait kecil menggambarkan ketidakjelasanku untuk sebuah alam yang berbicara menyampaikan makna yang samar melalui angin

CUKUP AKU

Menderu bersuara ombak itu datang menyapu lamunanku Terbangun hingga lupa siapa aku yang duduk menepi dibatas bayangan titik buih Perlahan mata menyapu dengan sadar merasakan desiran angin membisik Nafas berhempus menciptakan embun di kacamata Rintik hujan menembus bayangan pikiran bentuk wajahmu Mataku menangkap sorot asap bergerak mendekat namun tidak melekat Cerobong bulat bersiasat bergerak menghantar mimpi para umat Seolah lukisan tak bercembung, hampa di telapak tangan Kau kah menghampiri? berharap namun aku terlambat Rindu ini bukan berarti harus ada padamu Cukup aku dan sebuah penantian yang panjang

PENANTIAN

Bahu bersandar menelaah dimensi masa depan yang belum tergambar Penantian ini sebuah lorong gelap tanpa sinar Menuju ke arah yang entah hati ini pun tak mengerti titik berakhirnya Yang kutahu, ada warna sebuah senyum tergambar rapi dengan pola rumit namun indahnya tak dapat disembunyikan Itukah sebuah titik tujuanku? kurasa terlalu jauh dan akan segera menikam langkahku Andai kudapat menawar, akan kutawar senyum itu dalam-dalam Kulukis dan lepaskan nyatanya, biarkan ia berjalan lebih jauh dari titik berhenti biasanya Sebuah alasan, ada di tangan dengan sejuta kegagalan Tak memiliki pun, terimakasih Penantian hitamku, biar terus bekerja sampai nanti tanganku tak dapat berusaha