Postingan

MENUA BERSAMAKU

Aku ingin membicarakan takdir, sayang Sebelum aku lupa arti setiap kata Sebelum aku lupa bagaimana aku mencintaimu Kau garis tengah dalam sebuah bahagia kecil Semua hal yang pahit dapat kita hentikan jika kita ingin Gantilah semua pahit dengan bunga indah senyummu Gantilah semua marahmu dengan usapan lembut Keinginan kecil dariku untukmu Dengarkan... Aku ingin menua bersamamu Bersandinglah dalam setiap dukaku Lukislah lebih banyak cerita denganku, dongengkan pada mereka bahwa aku mencintaimu Aku akan mengagumimu sampai saat kau tak mengerti Kau akan mengagumiku sampai saat aku tak mengerti Ada satu ruang, itu milikmu sepenuhnya Ruang hatiku tempat kau menua bersamaku nanti

TITIK, aku berhenti

TITIK, aku berhenti Supaya apa engkau menghentikanku? Berat sekali kaki ini, seakan ototnya melemah Sudah kutata rapi mimpi itu, lalu kenapa kau menghentikanku? Aku cinta, aku ingin kau menjadi 'koma' sambungkan lagi sayang otot kakiku, agar aku berjalan Berjalan meneruskan cinta kita Tanpamu aku mati Tanpamu aku titik yang berhenti Jangan biarkan aku menyudahi cerita ini, sayang Beri aku satu kata 'cinta' setelah titikku Agar aku dapat melanjutkan ceritanya Atau 'koma' Agar aku berpikir sejenak sebelum memulai kembali ceritanya Kau hilang, titik akan datang Titik, aku berhenti tanpanya

OMBAK

"Ketika engkau ingin tau seberapa kekuatanmu, mendekatlah ke ombak dan tancapkan kayu sedalam keinginanmu. Lihatlah, seberapa ia sanggup bertahan dan mampu membelah ombak" Keraguan yang membekukan pikiran melalui nadi bukan sebuah penghalang Ombak saja masih bersuara keras, padahal ia cair Kekuatanmu adalah kemenanganmu membelah sebuah kekejaman Semua menepi, ombak semakin tinggi Langit mulai samar, batu karang mulai ditampari ombak Ini bukan puisi, hanya bait kecil menggambarkan ketidakjelasanku untuk sebuah alam yang berbicara menyampaikan makna yang samar melalui angin

CUKUP AKU

Menderu bersuara ombak itu datang menyapu lamunanku Terbangun hingga lupa siapa aku yang duduk menepi dibatas bayangan titik buih Perlahan mata menyapu dengan sadar merasakan desiran angin membisik Nafas berhempus menciptakan embun di kacamata Rintik hujan menembus bayangan pikiran bentuk wajahmu Mataku menangkap sorot asap bergerak mendekat namun tidak melekat Cerobong bulat bersiasat bergerak menghantar mimpi para umat Seolah lukisan tak bercembung, hampa di telapak tangan Kau kah menghampiri? berharap namun aku terlambat Rindu ini bukan berarti harus ada padamu Cukup aku dan sebuah penantian yang panjang

PENANTIAN

Bahu bersandar menelaah dimensi masa depan yang belum tergambar Penantian ini sebuah lorong gelap tanpa sinar Menuju ke arah yang entah hati ini pun tak mengerti titik berakhirnya Yang kutahu, ada warna sebuah senyum tergambar rapi dengan pola rumit namun indahnya tak dapat disembunyikan Itukah sebuah titik tujuanku? kurasa terlalu jauh dan akan segera menikam langkahku Andai kudapat menawar, akan kutawar senyum itu dalam-dalam Kulukis dan lepaskan nyatanya, biarkan ia berjalan lebih jauh dari titik berhenti biasanya Sebuah alasan, ada di tangan dengan sejuta kegagalan Tak memiliki pun, terimakasih Penantian hitamku, biar terus bekerja sampai nanti tanganku tak dapat berusaha

BELOKKAN HALUAN

Ini sebuah keharusan Air tak lagi mengalir dari hulu ke hilir Tempatkan pada gelas yang tenang lalu biarkan Kau bukan tujuanku lagi Kau bukan panah merah penunjuk arah jalanku lagi Ini kerelaan hati dan cinta Ini keikhlasan sebuah kehidupan masa depanku Aku bukan mesin penyekat waktu bergulir Bukan juga penerjang keharusan yang tertulis seharusnya Aku sedang belajar menata hidup dari mulainya sebuah tujuan Aku sapu... Kubersihkan akar sisa harapan tentangmu Bukankah aku harus pergi ke arah lain, bukan panah merah? Melaju teratur dengan sedikit melupakan Bukan tangis adalah sebuah harapan Tapi bergerak belokkan haluanku

Kalian PEMBANTU Kami

Politik saling menghujat Semua muka nampak bangsat dengan tipu muslihat Hei….kalian itu PEMBANTU kami, rakyat kecil Kalian bekerja menginspirasi dari kami, orang yang tak sanggup berteriak lagi Hanya satu yang membuat kalian sedikit terhormat Satu… Kalian tak perlu bertaruh nyawa di lautan hanya sekedar untuk makan Kalian tak perlu menahan lapar ketika uang kami, kalian korupsi Hanya itu kelebihan kalian Setelahnya, kalian sama busuknya dengan keringat kami Pemimpin itu tidak memakai mulut dan otak licik Tetapi HATI dan NURANI Ingat, kalian PEMBANTU kami